Emotional Eating

risoles mantap di jejamuran πŸ™‚

Kamu pernah mendengar istilah emotional eating?

Saya sih baru dengar beberapa hari belakangan ini, setelah tidak sengaja menemukan video pengaruh weight loss dan emotional eating. Ok! Saya bukan mau bahas si video itu, tapi si emotional eating (EE).

Ya walau baru pertama kali dengar, tapi saya yakin setiap kita pernah mengalami EE.Β Seperti kamu yang punya kebiasaan makan coklat saat sedih, makan eskrim kalau sedang bad mood, asal gak makan temen aja ya.

Nah kalau saya rangkum menurut beberapa sumber,Β Emotional Eating adalah peningkatan nafsu makan seseorang karena dipengaruhi efek emosi. Orang orang yang mengalami emotional Β eating percaya bahwa makan akan dapat mengurangi dampak emosi buruk yang sedang di rasakan seperti sedih, marah, takut, gelisah, gundah, gulana, tertekan dll.

Akibatnya orang yang mengalami EE cenderung makan banyak. Semakin banyak intake makanan mereka berharap akan merasa lebih baik. Parah nya makanan yang dipilih pasti yang lezat lezat yang high sugar, high fat, high MSG dll. Pokoknya cuma untuk pemuas nafsu doang bukan pemuas perut.

Nyata nya dari beberapa penelitian menyebutkan kalau tindakan tersebut tidak benar. Ini malah dapat menyebabkan orang tersebut tidak dapat mengontrol nafsu makannya. Yang ada bukan perasaan emosi yang bertambah baik malah datang nya penyakit.

Yang membuat bahaya adalah jika kebiasaan ini terus bsrlanjut. Misal sedih dikit langsung makan es krim banyak banyak. Merasa kesepian dikit makan micin banyak banyak. Padahal perasaan mu ga berubah sama sekali sis setelah makan.

Disebutkan dalam penelitian tersebut terjadinya emotional eating yang tidak terkontrol dapat meningkatkan resiko penyakit cardiovaskular.

Duh duh duh kok ya ngeri.

Hayo kamu pernah mengalami nya kan?

Ya saya juga baru saja mengalami nya. Sebulan belakangan alhamdulillah saya berhasil menjalani pola makan diet ala ala less carbo. Gak keto diet sih, yang penting gak konsumsi nasi da gula. Selebihnya perbanyak sayur buah. Dan semua berantakan setelah saya seminar kemajuan penelitian. Hahahaha maklum saya kalap dan khilaf butuh micin dan gula. Sampai sekarang pola makan masih berantakan, baru mau diperbaiki lagi 😜.

Alhamdulillah nemu istilah emotional eating dan ternyata hal ini gak baik kalau di biarkan. So yuk mulai bedakan mana keinginan makan karena lapar fisik dan mana lapar yang emosional. Yuk balik ke pola makan sehat.

Karena yang fisik diobati dengan fisik, yang luka hati diobati dengan obat hati #eh.

Semoga semua sehat fisik, hati, dan fikiran ya gengs 😘.
Mutiara Ulfah

-menulis ini setelah khilaf makan cilok, es oyen, dan cemil cemil cantik-

10 thoughts on “Emotional Eating

  1. Nusantara Adhiyaksa says:

    kayaknya emnag sudah sih membedakan antara makan karena kebutuhan atau karena nafsu, karena tolak ukur kita kenyang juga beda. dalam arti kapan kita harus berhenti makan ? sebelum kenyang juga ntr efect nya cepet lapar. atau gimana nih ?

  2. Mutiara Ulfah says:

    Beda nya yang cuma nafsu atau lapar sungguhan itu biasanya sih kalau lapar sungguhan terus di kasih makanan apapun setelah itu dia jadi ga kepinginan apa apa lagi heehehe gak ilmiah ya πŸ˜‚

Leave a comment